YOU’RE MY NOONA
Cast : Lee
Donghae, Park Yoorin, Tuan Park, Nyonya Lee
Genre:
Family, Friendship, Sad
(( Typo
bertebaran, males ngedit sih :p ))
“Ahjumma.....” terdengar suatu
panggilan yang sungguh tak enak didengar seorang siswi SMA. Jika yang
memanggilmu itu anak umur 5 tahun mungkin tak apa, tapi ini lain, yang
memanggil siswi SMA itu adalah seorang bocah SMP. Melihat wajah bocah itu pun
sudah membuat siswi SMA itu muak.
“Ahjumma? Apa yang kau lakukan di
sini? Kau terlambat eo? Memalukan sekali...” bocah SMP itu, Donghae tak
henti-hentinya mengajak bicara siswi SMA itu, namun yang diajak bicara tetap
tak menghiraukannya.
“Ahjumma....ahjumma...ahjumma......”
seru Donghae berulang-ulang dengan nada seperti bernyanyi. Siswi SMA itu,
Yoorin akhirnya meluapkan emosinya juga, “Yak...tak adakah hal lain yang bisa
kau kerjakan bocah...” ucapnya sinis.
Mereka kini sedang berada di halte
depan sekolah mereka, yah...bisa dikatakan mereka kini terlambat. Karena
gerbang tempat mereka sekolah telah tertutup rapat. Jam pun telah menunjukkan
pukul 08.00. Bukankah kelas mereka tak sama? Kenapa mereka bersekolah di tempat
yang sama? Yah jawabannya adalah karena Sekolah mereka memang sama, namun yang
membedakan hanyalah gedung kelas mereka. Untuk siswa SMA mereka berada di
lantai utama, sedangkan untuk siswa SMP mereka berada di lantai dua.
“Menjahilimu sudah menjadi hobiku
Ahjumma.....”
“Jangan memanggilku ahjumma, aku tak
setua itu. Kau bertanya padaku, apakah aku terlambat? Memangnya apa yang kau
lakukan di sini, jika tak sama denganku”, Donghae hanya menggaruk tengkuknya
yang tak gatal, “hahaha....kita sama ya ahjumma” ucapnya dengan riangnya.
“Aishhh...bocah ini menyebalkan
sekali sih....” dengus Yoorin sembari berjalan meninggalkan halte itu.
“Kau mau kemana ahjumma?” kejar
Donghae mengikuti Yoorin, namun yang ditanya hanya diam saja, tak berniat
menanggapi pertanyaan Donghae.
“Bolehkah aku ikut ahjumma?” merasa
Kesal dengan Donghae yang terus mengikutinya dan bertanya terus. Yoorin
menghentikan langkahnya, “Tak bisakah kau berhenti mengikutiku dan terus
bertanya eo?” seru Yoorin dengan tatapan tajamnya, “Aku ingin pulang, jangan
mengikutiku” serunya lagi.
Donghae menuruti perkataan Yoorin,
dia berhenti mengikuti gadis itu. “Baiklah. Sampai bertemu lagi besok Ahjumma”
serunya dengan berteriak agar Yoorin mendengarnya.
“Siapa juga yang ingin bertemu
denganmu lagi bocah. Besok itu hari minggu, waktuku terbebas dari keusilanmu”
lirih Yoorin sembari menyunggingkan senyumannya.
###
#Taman
Hiburan
Donghae duduk-duduk sendiri di
ayunan sembari sesekali memperhatikan beberapa keluarga yang tengah berlibur
dengan keluarganya, sedangkan dia hanya sendiri.
“Andai saja eomma tak sesibuk itu,
pasti aku akan mengajaknya kesini. Hae kan juga inin seperti mereka eomma”
gumamnya lirih dengan raut sedih. Namun seketika wajahnya berubah menjadi ceria
saat melihat Yoorin di kejauhan, ia berlari menghampiri gadis itu.
“Ahjumma....” sapa Donghae ceria. Yoorin menoleh karena
merasa ada yang memanggilnya. Setelah tau siapa yang memanggilnya, Yoorin
segera menjauh dari tempat itu, berlagak tak mendengar panggilan Donghae.
“Kajja Appa. Kita pulang saja ya...”
ajak Yoorin sembari menggandeng tangan appanya. Yah... Yoorin datang ke tempat
itu memang bersama ayahnya, itulah kegiatan rutin keluarga Yoorin, meskipun dia
sudah SMA, namun ayahnya masih terlalu memanjakannya. Ibunya? Entahlah, Yoorin
tak mengingat tentang ibunya. Karena sedari kecil dia hanya tinggal dengan
ayahnya.
“Ahjumma....” seru Donghae lagi
berlari mendekat ke arah Yoorin dan appanya. “Siapa dia Yoo?” tanya appa
Yoorin.
“Bukan siapa-siapa appa”
“Anyeong... Hae imnida....” perkenal Donghae pada appa Yoorin.
“Apakah dia pacarmu Yoo?”
“Mwoooo???” kaget Yoorin, “Bocah ini
maksud appa” lanjutnya lagi. Donghae yang mendengar pertanyaan appa Yoorin hanya
tersenyum tipis.
“Bukan appa...dia hanya bocah nakal
yang selalu mencari gara-gara denganku”
“Aku bukan bocah Ahju.....Noona”
ralat Donghae singkat, karena ia tak mungkin memanggil Yoorin dengan sebutan
ahjumma di depan ayah gadis itu. “Aku adalah Lee Donghae, dan aku sudah SMP,
bentar lagi juga sama seperti noona” sungut Donghae kesal karena terus-terusan
dipanggil bocah oleh Yoorin.
“Tapi...tetap saja lebih tua aku”
ucap Yoorin dengan bangga.
“Namamu Donghae?” tanya tuan Park,
ayah Yoorin.
“Ne, Ahjussi”
“Margamu Lee?”
“Ne, Ahjussi.”
“Kau kelas 3 SMP?” tanya tuan Park
lagi.
“Ada apa dengan Appa? Kenapa terus
bertanya pada dia. Itu bukan yang pentingkan Appa... Kajja kita pergi dari
sini” seru Yoorin sambil menggeret tangan appanya.
“Lee Donghae....mungkinkah dia....”
gumam tuan lirih sembari menjauh dari tempat itu.
“Apa yang appa katakan barusan?”
tanya Yoorin mendengar gumaman ayahnya.
“Bukan apa-apa Yoo” jawab tuan Park.
Donghae
hanya menatap kepergian Yoorin dan tuan Park dengan pandangan yang sulit
diartikan “Ada apa ya dengan ahjussi itu, aneh sekali” serunya lirih.
###
Donghae menunggu ummanya pulang dari
kerja, sebenarnya ia sangat kesepian di rumah, karena ibunya tak pernah ada
waktu luang untuk dirinya. Namun dia harus mengerti, karena bagaimanapun juga,
ibunya bekerja juga untuk dirinya. Karena terlalu lama menunggu, akhirnya
Donghae ketiduran.
Beberapa menit kemudian terdengar
suara pintu terbuka, namun hal itu tak dapat membangunkan Donghae. Nyonya Lee
yang melihat putranya tertidur di kursi ruang tamu menghampiri Donghae dan
mengelus surai hitam putranya, “Kau sudah besar Hae,,, tak terasa ternyata
umurmu sudah 15 tahun. Maafkan umma Hae, karena terlalu sibuk jadi tak terlalu
memperhatikanmu. Andaikan saja appa dan noonamu masih disini bersama kita.
Pasti kau tak akan merasa kesepian seperti ini” gumam nyonya Lee lirih.
###
Di sebuah jalan setapak yang sepi,
Yoorin menggerutu kesal sambil menenteng barang belanjaannya. “Gara-gara bibi
cuti, skarang jadi aku kan yang belanja. Appa mah gitu, kenapa ngga nyari
pembantu lain aja sih. Kalau gini kan aku yang repot...” gerutunya kesal.
Karena melihat jalan yang terlalu sepi, Yoorin kembali melanjutkankan jalannya
dengan agak tergesa-gesa.
“COPETTTT.......” terdengar suara wanita
yang berteriak. “Copet....tolong.....” lanjut suara wanita itu. Yoorin yang
mendengar suara wanita berteriak segera mengedarkan pandangannya dan mendapati
seorang wanita paruh baya yang mengejar seorang laki-laki dengan penampilan
yang bisa dibilang sangar. Laki-laki
yang diteriaki copet oleh wanita itu berlari ke arah Yoorin, berniat melarikan
diri. Dengan keberanian yang entah dari mana, Yoorin menjegal (?) kaki pencopet
itu. “Ooopss...mian, aku tak sengaja” ucap Yoorin dengan nada yang dibuat-buat
setelah melihat pencopet itu jatuh tersungkur.
“Sialan..,....” umpat pencopet itu
mulai berdiri. Karena merasa terancam tertangkap, tanpa disadari Yoorin,
pencopet itu mengeluarkan pisau lipatnya. Yoorin yang sadar dalam bahaya tak
bisa berkutik, setelah melihat pencopet itu mengeluarkan senjata tajam yang
diarahkan padanya. “Aaaaaaaa...’’teriak
Yoorin ketakutan sambil menutup matanya. Kini ia sadar, bahwa yang ia perbuat
tadi sepertinya memang salah. Setelah beberapa menit menutup mata, Yoorin tak
merasakan benda tajam itu menyentuh kulitnya. Dengan takut-takut, Yoorin mulai
membuka kedua matanya.
“Kau tak apa noona.....?? tanya
seorang namja yang berada tepat di depan Yoorin.
“Omo...Donghae? apa yang kau lakukan
di sini?” kaget Yoorin.
“Syukurlah kalau kalau kau tak apa
Noo__na....” ucap Donghae lirih. Namun tiba-tiba Donghae sudah jatuh tergeletak
di depan Donghae. Dengan mata yang tertutup.
“Yak Donghae..bangun...ku bilang
bangun” ucap Yoorin terduduk setelah mengetahui ada darah di sekitar perut Donghae.
Yoorin mulai menangis takut melihat keadaan Donghae. Ini semua karena Donghae
ingin melindunginya. Padahal selama ini ia selalu bertingkah ketus pada namja
itu.
“Hae-ya....jangan bercanda, ku mohon
bangunlah..”raung Yoorin semakin tersedu-sedu. Pencopet itu yang menyadari
kesalahannya, segera berlari menjauh dari tempat itu. Sebelum orang-orang
berdatangan ke tempat itu.
“Siapa saja...tolong aku. Temanku terluka..”
Teriak Yoorin mencari bantuan. Ahjumma yang ditolong Yoorin telah sampai di
tempat kejadian dan segera menelpon ambulan.
###
Di lorong rumah sakit itu tampak
seorang pria yang baerlari-lari menghampiri sebuah ruang rawat. Dari kejauhan
ia dapat melihat Yoorin yang masih menangis sesegukan.
“Apa yang terjadi Yoo??” tanya pria
itu kepada anaknya.
“Donghae appa....Donghae terluka
gara-gara melindungiku” jawab Yoorin masih tersedu-sedu.
“Sudahlah Yoo, pasti Donghae
baik-baik saja”
“Aku juga berharap begitu appa”
“Apakah kau sudah menghubungi
keluarganya Yoo?”
“Sudah appa..” Tuan Park masih
memeluk Yoorin untuk menenangkannya.
Yoorin
ingat, kalau bukan karena bantuan ahjumma tadi. Mungkin dia hanya bisa menangis
tanpa berbuat apa-apa. Setelah ahjumma tadi mengantar Yoorin dan Donghae ke
rumah sakit, ia segera pamit undur. Tak lupa ia juga berterimakasih pada
Yoorin, karena berkat Yoorin, tas berharganya bisa kembali.
Pintu ruang rawat Donghae terbuka,
muncullah seorang laki-laki tua dengan seragam berwarna putih.
“Bagaimana keadaannya uisa?” tanya
tuan Park.
“Dia kehilangan banyak darah tuan,
dan kami kehabisan stok darah yang cocok untuk pasien, dan kami butuh donor
darah yang cocok untuk pasien sekarang juga.”
“Golongan darah apa yang dibutuhkan
uisa?”
“AB tuan”
“Kebetulan sekali uisa, darah saya
juga AB”
“Syukurlah,,,baiklah tuan, mari
segera ikut kami, pasien sangat membutuhkannya sekarang” Tuan Park mengangguk
menanggapi uisa itu, dan segera mengikuti uisa itu.
Kini Yoorin
hanya sendiri di sini, sampai suara
seorang wanita mengangetkannya.
“Apa yang terjadi pada Hae?
Bagaimana keadaannya?” tanya wanita itu panik. Yoorin hanya bisa memandang
wanita itu dengan pandangan yang sulit diartikan.
“Umma....” ucap Yoorin tiba-tiba.
Wanita itu
terlonjak mendengar panggilan Yoorin padanya. “Apa maksudmu memanggilku
begitu?” heran wanita itu. Yoorin tak menjawab pertanyaan wanita itu malah
berlari memeluk wanita itu. Seakan tak ingin melepaskan pelukan itu.
“Umma...ini aku Yoorin, Park Yoorin. Anak sulungmu.” Isak Yoorin masih memeluk
wanita itu.
“Yoorin??? Kau Park Yoorin, anakku”
ucap wanita itu mulai menangis, “Akhirnya aku bertemu denganmu Rin-ah, umma
sangat merindukanmu.”
“Ne eomma, ini aku Yoorin”
“Kalian....” gumam Tuan Park setelah
keluar dari ruang rawat Donghae. “Kenapa kau bisa ada di sini Jin-ah?” lanjut
tuan Park melihay sang mantan istri berada di sini.
“Justru aku yang harusnya bertanya,
apa yang kau lakukan disini?”
“Apakah...Donghae yang di dalam
adalah anak kita...”
“Apa pedulimu ha? Bukankah kau tak
pernah menganggapnya darah dagingmu.”
“Itu hanya kesalahpahaman Jin-ah”
Yoorin yang mulai muak dengan situasi ini segera menghentikan perdebatan itu
“Kenapa kalian bertengkar lagi? Setelah sekian lama, ketika kita bertemu lagi.
Kalian pasti akan baikan, tapi kenapa masih sama saja seperti dulu. Ini sudah
11 tahun yang lalu eomma, appa. Ku mohon berhenti, bukankah sekarang yang
terpenting adalah keadaan Donghae.”
“Ne, kau benar Yoo. Kami memang
egois. Kami tak pernah memikirkan perasaan kalian. Maafkan aku Yoo”
“Appa tak perlu meminta maaf padaku,
seharusnya appa meminta maaf pada umma” Tuan Lee menatap mantan istrinya,
mendekatinya dan berkata, “Aku benar-benar minta maaf Jin-ah. Ini semua memang
salahku. Maafkan aku. Maukah kau kembali bersamaku. Demi anak kita. Demi Yoorin
dan Donghae”
“Mianhae, aku butuh waktu untuk
itu...” tolak Nyonya Lee.
Ruangan
tempat Donghae dirawat kembali terbuka, Tuan Park, Yoorin dan Nyonya segera
mendekat ke pintu “Bagaimana keadaan anak saya Uisa?” tanya Nyonya Lee.
“Berkat donor darah dari Tuan Park,
anak anda kini selamat. Jika saja kita terlambat mendapatkan donor tersebut.
Mungkin sangat berbahaya bagi keadaan anak anda. Sekarang kita hanya menunggu
dia sadar saja” Nyonya Lee memandang manta suaminya sejenak.. “Mungkin aku akan
mempertimbangkan ajakanmu untuk kembali Soo Oppa”, ucapnya lirih. Dan itu mampu
membuat Yoorin dan tuan Park tersenyum senang.
###
Donghae menatap heran ummanya,
Yoorin dan Tuan Park. Setelah mendengar cerita dari Yoorin, bahwa dia adalah
dari Tuan Park yang secara tak langsung
berrti dia adlah adik kandung Yoorin. Dia tak mungkin mempercayai ini semua.
Namun memang itulah kebenarannya.
“Eomma, apakah itu benar? Dia
noonaku?” tanya Donghae lagi entah yang keberapa kalinya.
“Yak....tak bosankah kau
terus-terusan bertanya itu. Ini sudah yang ke-10 kalinya kau bertanya seperti
itu” sungut Yoorin yang merasa bosan mendengar pertanyaan Donghae yang itu itu
aja.
“Yak...kenapa kau berteriak padaku,
aku ini masih sakit.”
“Apa hubungannya sakit dengan
berteriak. Kau ini sungguh menyebalkan. Berani sekali berteriak pada nooamu
ini”
“Kau itu ahjummaku, bukan noonaku”
sungut Donghae tak mau kalah.
Tuan Park
dan Nyonya Lee hanya tersenyum mendengar perdebatan anak mereka. mungkin dengan
begitulah mereka bisa menjadi dekat.
“Hae-ya panggil dia noona ne, kau
tak boleh mempermalukan noonamu seperti itu. Bagaimanapun juga dia kan
saudaramu.” Seru Nyonya Lee membuat Yoora tersenyum menang dan membuat Donghae
menjadi manyun.
“Dan kau Yoora, bersikap manislah
pada adikmu. Kau itu lebih tua darinya. Kau harus bisa mengkontrol emosimu”
kini gantian Tuan Park yang membuat Yoora manyun.
Keadaan Donghae mulai membaik.
Nyonya Lee dan Tuan Park memutuskan untuk kembali bersatu demi anak-anak
mereka. melupakan masa lalu yang menurut mereka tak perlu untuk diingat lagi.
“Astaga.....aku benar-benar tak
percaya jika kau itu Noonaku....!!!” gumam Donghae lagi.
“Yak Donghae, berhenti mengatakan
itu jika tak ingin aku menyubal mulutmu itu....”
“hahahaha....mianhae Ahjumma...”
balas Donghae dengan senyuman evilnya.
“Yakkk berhenti memanggilku begitu
bocah...” frustasi Yoora sambil mengacak-acak rambut Donghae.
“Hyaaa...aku ini msih sakit noona”
“Aku tak peduli itu”
“Umma...Appa...tolong aku”
“Mereka sedang keluar Hae-ya....”
“Kau menyebalkan sekali Ahjumma..”
“Yak LEE DONGHAE!!!!!! Kau juga sama
menyebalkan sepertiku”
ENDING