Jumat, 07 Agustus 2015

(Fanfiction) You're My Noona


YOU’RE MY NOONA



Cast : Lee Donghae, Park Yoorin, Tuan Park, Nyonya Lee
Genre: Family, Friendship, Sad

(( Typo bertebaran, males ngedit sih :p ))


           
            “Ahjumma.....” terdengar suatu panggilan yang sungguh tak enak didengar seorang siswi SMA. Jika yang memanggilmu itu anak umur 5 tahun mungkin tak apa, tapi ini lain, yang memanggil siswi SMA itu adalah seorang bocah SMP. Melihat wajah bocah itu pun sudah membuat siswi SMA itu muak.
            “Ahjumma? Apa yang kau lakukan di sini? Kau terlambat eo? Memalukan sekali...” bocah SMP itu, Donghae tak henti-hentinya mengajak bicara siswi SMA itu, namun yang diajak bicara tetap tak menghiraukannya.
            “Ahjumma....ahjumma...ahjumma......” seru Donghae berulang-ulang dengan nada seperti bernyanyi. Siswi SMA itu, Yoorin akhirnya meluapkan emosinya juga, “Yak...tak adakah hal lain yang bisa kau kerjakan bocah...” ucapnya sinis.
            Mereka kini sedang berada di halte depan sekolah mereka, yah...bisa dikatakan mereka kini terlambat. Karena gerbang tempat mereka sekolah telah tertutup rapat. Jam pun telah menunjukkan pukul 08.00. Bukankah kelas mereka tak sama? Kenapa mereka bersekolah di tempat yang sama? Yah jawabannya adalah karena Sekolah mereka memang sama, namun yang membedakan hanyalah gedung kelas mereka. Untuk siswa SMA mereka berada di lantai utama, sedangkan untuk siswa SMP mereka berada di lantai dua.
            “Menjahilimu sudah menjadi hobiku Ahjumma.....”
            “Jangan memanggilku ahjumma, aku tak setua itu. Kau bertanya padaku, apakah aku terlambat? Memangnya apa yang kau lakukan di sini, jika tak sama denganku”, Donghae hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal, “hahaha....kita sama ya ahjumma” ucapnya dengan riangnya.
            “Aishhh...bocah ini menyebalkan sekali sih....” dengus Yoorin sembari berjalan meninggalkan halte itu.
            “Kau mau kemana ahjumma?” kejar Donghae mengikuti Yoorin, namun yang ditanya hanya diam saja, tak berniat menanggapi pertanyaan Donghae.
            “Bolehkah aku ikut ahjumma?” merasa Kesal dengan Donghae yang terus mengikutinya dan bertanya terus. Yoorin menghentikan langkahnya, “Tak bisakah kau berhenti mengikutiku dan terus bertanya eo?” seru Yoorin dengan tatapan tajamnya, “Aku ingin pulang, jangan mengikutiku” serunya lagi.
            Donghae menuruti perkataan Yoorin, dia berhenti mengikuti gadis itu. “Baiklah. Sampai bertemu lagi besok Ahjumma” serunya dengan berteriak agar Yoorin mendengarnya.
            “Siapa juga yang ingin bertemu denganmu lagi bocah. Besok itu hari minggu, waktuku terbebas dari keusilanmu” lirih Yoorin sembari menyunggingkan senyumannya.
                                                                        ###
#Taman Hiburan
            Donghae duduk-duduk sendiri di ayunan sembari sesekali memperhatikan beberapa keluarga yang tengah berlibur dengan keluarganya, sedangkan dia hanya sendiri.
            “Andai saja eomma tak sesibuk itu, pasti aku akan mengajaknya kesini. Hae kan juga inin seperti mereka eomma” gumamnya lirih dengan raut sedih. Namun seketika wajahnya berubah menjadi ceria saat melihat Yoorin di kejauhan, ia berlari menghampiri gadis itu.
            “Ahjumma....”  sapa Donghae ceria. Yoorin menoleh karena merasa ada yang memanggilnya. Setelah tau siapa yang memanggilnya, Yoorin segera menjauh dari tempat itu, berlagak tak mendengar panggilan Donghae.
            “Kajja Appa. Kita pulang saja ya...” ajak Yoorin sembari menggandeng tangan appanya. Yah... Yoorin datang ke tempat itu memang bersama ayahnya, itulah kegiatan rutin keluarga Yoorin, meskipun dia sudah SMA, namun ayahnya masih terlalu memanjakannya. Ibunya? Entahlah, Yoorin tak mengingat tentang ibunya. Karena sedari kecil dia hanya tinggal dengan ayahnya.
            “Ahjumma....” seru Donghae lagi berlari mendekat ke arah Yoorin dan appanya. “Siapa dia Yoo?” tanya appa Yoorin.
            “Bukan siapa-siapa appa”
            “Anyeong... Hae  imnida....” perkenal Donghae pada appa Yoorin.
            “Apakah dia pacarmu Yoo?”
            “Mwoooo???” kaget Yoorin, “Bocah ini maksud appa” lanjutnya lagi. Donghae yang mendengar pertanyaan appa Yoorin hanya tersenyum tipis.
            “Bukan appa...dia hanya bocah nakal yang selalu mencari gara-gara denganku”
            “Aku bukan bocah Ahju.....Noona” ralat Donghae singkat, karena ia tak mungkin memanggil Yoorin dengan sebutan ahjumma di depan ayah gadis itu. “Aku adalah Lee Donghae, dan aku sudah SMP, bentar lagi juga sama seperti noona” sungut Donghae kesal karena terus-terusan dipanggil bocah oleh Yoorin.
            “Tapi...tetap saja lebih tua aku” ucap Yoorin dengan bangga.
            “Namamu Donghae?” tanya tuan Park, ayah Yoorin.
            “Ne, Ahjussi”
            “Margamu Lee?”
            “Ne, Ahjussi.”
            “Kau kelas 3 SMP?” tanya tuan Park lagi.
            “Ada apa dengan Appa? Kenapa terus bertanya pada dia. Itu bukan yang pentingkan Appa... Kajja kita pergi dari sini” seru Yoorin sambil menggeret tangan appanya.
            “Lee Donghae....mungkinkah dia....” gumam tuan lirih sembari menjauh dari tempat itu.
            “Apa yang appa katakan barusan?” tanya Yoorin mendengar gumaman ayahnya.
            “Bukan apa-apa Yoo” jawab tuan Park.
Donghae hanya menatap kepergian Yoorin dan tuan Park dengan pandangan yang sulit diartikan “Ada apa ya dengan ahjussi itu, aneh sekali” serunya lirih.
                                                                        ###
            Donghae menunggu ummanya pulang dari kerja, sebenarnya ia sangat kesepian di rumah, karena ibunya tak pernah ada waktu luang untuk dirinya. Namun dia harus mengerti, karena bagaimanapun juga, ibunya bekerja juga untuk dirinya. Karena terlalu lama menunggu, akhirnya Donghae ketiduran.
            Beberapa menit kemudian terdengar suara pintu terbuka, namun hal itu tak dapat membangunkan Donghae. Nyonya Lee yang melihat putranya tertidur di kursi ruang tamu menghampiri Donghae dan mengelus surai hitam putranya, “Kau sudah besar Hae,,, tak terasa ternyata umurmu sudah 15 tahun. Maafkan umma Hae, karena terlalu sibuk jadi tak terlalu memperhatikanmu. Andaikan saja appa dan noonamu masih disini bersama kita. Pasti kau tak akan merasa kesepian seperti ini” gumam nyonya Lee lirih.
                                                                                    ###

            Di sebuah jalan setapak yang sepi, Yoorin menggerutu kesal sambil menenteng barang belanjaannya. “Gara-gara bibi cuti, skarang jadi aku kan yang belanja. Appa mah gitu, kenapa ngga nyari pembantu lain aja sih. Kalau gini kan aku yang repot...” gerutunya kesal. Karena melihat jalan yang terlalu sepi, Yoorin kembali melanjutkankan jalannya dengan agak tergesa-gesa.
            “COPETTTT.......” terdengar suara wanita yang berteriak. “Copet....tolong.....” lanjut suara wanita itu. Yoorin yang mendengar suara wanita berteriak segera mengedarkan pandangannya dan mendapati seorang wanita paruh baya yang mengejar seorang laki-laki dengan penampilan yang bisa dibilang sangar.  Laki-laki yang diteriaki copet oleh wanita itu berlari ke arah Yoorin, berniat melarikan diri. Dengan keberanian yang entah dari mana, Yoorin menjegal (?) kaki pencopet itu. “Ooopss...mian, aku tak sengaja” ucap Yoorin dengan nada yang dibuat-buat setelah melihat pencopet itu jatuh tersungkur.
            “Sialan..,....” umpat pencopet itu mulai berdiri. Karena merasa terancam tertangkap, tanpa disadari Yoorin, pencopet itu mengeluarkan pisau lipatnya. Yoorin yang sadar dalam bahaya tak bisa berkutik, setelah melihat pencopet itu mengeluarkan senjata tajam yang diarahkan padanya.         “Aaaaaaaa...’’teriak Yoorin ketakutan sambil menutup matanya. Kini ia sadar, bahwa yang ia perbuat tadi sepertinya memang salah. Setelah beberapa menit menutup mata, Yoorin tak merasakan benda tajam itu menyentuh kulitnya. Dengan takut-takut, Yoorin mulai membuka kedua matanya.
            “Kau tak apa noona.....?? tanya seorang namja yang berada tepat di depan Yoorin.
            “Omo...Donghae? apa yang kau lakukan di sini?” kaget Yoorin.
            “Syukurlah kalau kalau kau tak apa Noo__na....” ucap Donghae lirih. Namun tiba-tiba Donghae sudah jatuh tergeletak di depan Donghae. Dengan mata yang tertutup.
            “Yak Donghae..bangun...ku bilang bangun” ucap Yoorin terduduk setelah mengetahui ada darah di sekitar perut Donghae. Yoorin mulai menangis takut melihat keadaan Donghae. Ini semua karena Donghae ingin melindunginya. Padahal selama ini ia selalu bertingkah ketus pada namja itu.
            “Hae-ya....jangan bercanda, ku mohon bangunlah..”raung Yoorin semakin tersedu-sedu. Pencopet itu yang menyadari kesalahannya, segera berlari menjauh dari tempat itu. Sebelum orang-orang berdatangan ke tempat itu.
            “Siapa saja...tolong aku. Temanku terluka..” Teriak Yoorin mencari bantuan. Ahjumma yang ditolong Yoorin telah sampai di tempat kejadian dan segera menelpon ambulan.
                                                            ###
            Di lorong rumah sakit itu tampak seorang pria yang baerlari-lari menghampiri sebuah ruang rawat. Dari kejauhan ia dapat melihat Yoorin yang masih menangis sesegukan.
            “Apa yang terjadi Yoo??” tanya pria itu kepada anaknya.
            “Donghae appa....Donghae terluka gara-gara melindungiku” jawab Yoorin masih tersedu-sedu.
            “Sudahlah Yoo, pasti Donghae baik-baik saja”
            “Aku juga berharap begitu appa”
            “Apakah kau sudah menghubungi keluarganya Yoo?”
            “Sudah appa..” Tuan Park masih memeluk Yoorin untuk menenangkannya.
Yoorin ingat, kalau bukan karena bantuan ahjumma tadi. Mungkin dia hanya bisa menangis tanpa berbuat apa-apa. Setelah ahjumma tadi mengantar Yoorin dan Donghae ke rumah sakit, ia segera pamit undur. Tak lupa ia juga berterimakasih pada Yoorin, karena berkat Yoorin, tas berharganya bisa kembali.
            Pintu ruang rawat Donghae terbuka, muncullah seorang laki-laki tua dengan seragam berwarna putih.
            “Bagaimana keadaannya uisa?” tanya tuan Park.
            “Dia kehilangan banyak darah tuan, dan kami kehabisan stok darah yang cocok untuk pasien, dan kami butuh donor darah yang cocok untuk pasien sekarang juga.”
            “Golongan darah apa yang dibutuhkan uisa?”
            “AB tuan”
            “Kebetulan sekali uisa, darah saya juga AB”
            “Syukurlah,,,baiklah tuan, mari segera ikut kami, pasien sangat membutuhkannya sekarang” Tuan Park mengangguk menanggapi uisa itu, dan segera mengikuti uisa itu.
Kini Yoorin hanya sendiri di sini,  sampai suara seorang wanita mengangetkannya.
            “Apa yang terjadi pada Hae? Bagaimana keadaannya?” tanya wanita itu panik. Yoorin hanya bisa memandang wanita itu dengan pandangan yang sulit diartikan.
            “Umma....” ucap Yoorin tiba-tiba.
Wanita itu terlonjak mendengar panggilan Yoorin padanya. “Apa maksudmu memanggilku begitu?” heran wanita itu. Yoorin tak menjawab pertanyaan wanita itu malah berlari memeluk wanita itu. Seakan tak ingin melepaskan pelukan itu. “Umma...ini aku Yoorin, Park Yoorin. Anak sulungmu.” Isak Yoorin masih memeluk wanita itu.
            “Yoorin??? Kau Park Yoorin, anakku” ucap wanita itu mulai menangis, “Akhirnya aku bertemu denganmu Rin-ah, umma sangat merindukanmu.”
            “Ne eomma, ini aku Yoorin”
            “Kalian....” gumam Tuan Park setelah keluar dari ruang rawat Donghae. “Kenapa kau bisa ada di sini Jin-ah?” lanjut tuan Park melihay sang mantan istri berada di sini.
            “Justru aku yang harusnya bertanya, apa yang kau lakukan disini?”
            “Apakah...Donghae yang di dalam adalah anak kita...”
            “Apa pedulimu ha? Bukankah kau tak pernah menganggapnya darah dagingmu.”
            “Itu hanya kesalahpahaman Jin-ah” Yoorin yang mulai muak dengan situasi ini segera menghentikan perdebatan itu “Kenapa kalian bertengkar lagi? Setelah sekian lama, ketika kita bertemu lagi. Kalian pasti akan baikan, tapi kenapa masih sama saja seperti dulu. Ini sudah 11 tahun yang lalu eomma, appa. Ku mohon berhenti, bukankah sekarang yang terpenting adalah keadaan Donghae.”
            “Ne, kau benar Yoo. Kami memang egois. Kami tak pernah memikirkan perasaan kalian. Maafkan aku Yoo”
            “Appa tak perlu meminta maaf padaku, seharusnya appa meminta maaf pada umma” Tuan Lee menatap mantan istrinya, mendekatinya dan berkata, “Aku benar-benar minta maaf Jin-ah. Ini semua memang salahku. Maafkan aku. Maukah kau kembali bersamaku. Demi anak kita. Demi Yoorin dan Donghae”
            “Mianhae, aku butuh waktu untuk itu...” tolak Nyonya Lee.
Ruangan tempat Donghae dirawat kembali terbuka, Tuan Park, Yoorin dan Nyonya segera mendekat ke pintu “Bagaimana keadaan anak saya Uisa?” tanya Nyonya Lee.
            “Berkat donor darah dari Tuan Park, anak anda kini selamat. Jika saja kita terlambat mendapatkan donor tersebut. Mungkin sangat berbahaya bagi keadaan anak anda. Sekarang kita hanya menunggu dia sadar saja” Nyonya Lee memandang manta suaminya sejenak.. “Mungkin aku akan mempertimbangkan ajakanmu untuk kembali Soo Oppa”, ucapnya lirih. Dan itu mampu membuat Yoorin dan tuan Park tersenyum senang.
                                                                                    ###
            Donghae menatap heran ummanya, Yoorin dan Tuan Park. Setelah mendengar cerita dari Yoorin, bahwa dia adalah dari Tuan Park  yang secara tak langsung berrti dia adlah adik kandung Yoorin. Dia tak mungkin mempercayai ini semua. Namun memang itulah kebenarannya.
            “Eomma, apakah itu benar? Dia noonaku?” tanya Donghae lagi entah yang keberapa kalinya.
            “Yak....tak bosankah kau terus-terusan bertanya itu. Ini sudah yang ke-10 kalinya kau bertanya seperti itu” sungut Yoorin yang merasa bosan mendengar pertanyaan Donghae yang itu itu aja.
            “Yak...kenapa kau berteriak padaku, aku ini masih sakit.”
            “Apa hubungannya sakit dengan berteriak. Kau ini sungguh menyebalkan. Berani sekali berteriak pada nooamu ini”
            “Kau itu ahjummaku, bukan noonaku” sungut Donghae tak mau kalah.
Tuan Park dan Nyonya Lee hanya tersenyum mendengar perdebatan anak mereka. mungkin dengan begitulah mereka bisa menjadi dekat.
            “Hae-ya panggil dia noona ne, kau tak boleh mempermalukan noonamu seperti itu. Bagaimanapun juga dia kan saudaramu.” Seru Nyonya Lee membuat Yoora tersenyum menang dan membuat Donghae menjadi manyun.
            “Dan kau Yoora, bersikap manislah pada adikmu. Kau itu lebih tua darinya. Kau harus bisa mengkontrol emosimu” kini gantian Tuan Park yang membuat Yoora manyun.
            Keadaan Donghae mulai membaik. Nyonya Lee dan Tuan Park memutuskan untuk kembali bersatu demi anak-anak mereka. melupakan masa lalu yang menurut mereka tak perlu untuk diingat lagi.
            “Astaga.....aku benar-benar tak percaya jika kau itu Noonaku....!!!” gumam Donghae lagi.
            “Yak Donghae, berhenti mengatakan itu jika tak ingin aku menyubal mulutmu itu....”
            “hahahaha....mianhae Ahjumma...” balas Donghae dengan senyuman evilnya.
            “Yakkk berhenti memanggilku begitu bocah...” frustasi Yoora sambil mengacak-acak rambut Donghae.
            “Hyaaa...aku ini msih sakit noona”
            “Aku tak peduli itu”
            “Umma...Appa...tolong aku”
            “Mereka sedang keluar Hae-ya....”
            “Kau menyebalkan sekali Ahjumma..”
            “Yak LEE DONGHAE!!!!!! Kau juga sama menyebalkan sepertiku”


ENDING

(Fanfiction) Lee Brother 3



LEE BROTHER 3

Cast: Lee Donghae, Lee Hyukjae
Genre: Brothership, Family

            Namja muda itu terdiam menatap sekeliling, riuh canda tawa orang yang berlalu lalang di depannya tak membuat ia juga ikut tersenyum. Hanya raut sedih lah yang tercetak jelas di wajah tampannya itu. Entah apa yang ada di pikiran namja itu melihat mereka, sehingga membuat ia tak menyadari bila disampingnya kini telah berdiri saudaranya yang memandang bingung ke arahnya.
            “Heiiii....” gertak Hyukjae  itu sembari menepuk bahu Donghae yang terdiam. Karena merasa tak dihiraukan. Hyukjae kembali menepuk bahu Donghae.
            “Yak....sebenarnya apa sih yang kau lihat!! Hingga tak mempedulikanku”. Sungut Hyukjae kesal.
            “Hyuk....”
            “ne???”
            “Hyuk....”
            “Aishhh...bocah ini. Bicara yang jelas Hae, aku tak mengerti bahasa isyaratmu”, kesal Hyukjae. Entah kenapa sikap Donghae yang seperti ini membuatnya kesal sekaligus takut.
            “Aku iri pada mereka..” ucap Donghae lirih, namun masih dapat didengar oleh Hyukjae. Hyukjae diam menatap Donghae kemudian beralih menatap sekelilingnya. Kini ia tahu apa yang telah dirasakan oleh adik kembarnya itu. Kini yang ia takutkan terjadi, Donghae kembali mengingat kenangan bersama orang tua mereka yang telah tiada. Yah... dulu mereka sering berlibur ke taman hiburan ini  tiap minggu bersama orang tuanya. Namun setelah orang tua mereka telah tiada,  mereka jarang datang ke sini bahkan hampir tak pernah. Haraboeji mereka terlalu sibuk mengurus perusahaannya, dan Lee bersaudara itu pun paham.
            Hyukjae semakin mendekat ke Donghae dan merangkulnya erat. “Kan aku sudah pernah bilang Hae, mereka sudah bahagia di sana” ucap Hyukjae sambil melepas pelukannya kemudian menunjuk langit di atas sana.  “Jadi kau tak perlu iri pada mereka. kau masih punya aku yang akan selalu berada di sampingmu. Kau masih punya Haraboeji yang selalu memanjakanmu” lanjut Hyukjae.
Ucapan Hyukjae membuat Donghae yang sedari tadi membendung air matanya kini menjatuhkan air matanya dengan perlahan. Yah, Donghae menangis. Semua orang juga tahu, jika diantara Lee bersaudara ini, Donghae adalah yang paling mudah menangis. Berbanding terbalik dengan sikapnya yang jahil.
            “Uljima Hae, please don’t cry” Hyukjae mulai menghapus air mata yang ada di pipi Donghae.
            “Terima kasih hyung. Kau memang hyung yang baik” ucap Donghae yang membuat Hyukjae senang karena Donghae memanggilnya hyung.
            “sama-sama Hae-ya. Oh iya Hae, kau bukan hanya mempunyai Hyung dan Haraboeji saja.  Tapi...kau juga masih mempunyai teman yang bisa kau jahili. Hahah” seru Hyukjae sembari tertawa terbahak-bahak.
            “Yak...kau ini merusak suasana sekali sih Hyuk. Yang ada di otakmu itu hanya itu-itu aja”
            “Kau pun juga sama saja Hae. Sudah lah, berhenti melow-melow. Kita kesini kan untuk bersenang-senang. Bukan malah untuk bersedih seperti ini”
            “Tapi tetap saja aku rindu mereka Hyuk”
            “Ne saeng. Aku pun juga merindukan mereka.  Besok kita akan mengunjungi mereka bersama Haraboeji. Dan skarang....ayo kita bersenang-senang”  
            “Benarkah Hyung? Baiklah. Ayo kita naik bianglala itu hyung.... Kajja hyung. Ppali...” teriak Donghae kembali ceria sambil berlari meninggalkan Hyukjae.
            “Kau ini... kalau ada maunya aja manggil-manggil Hyung.”
            “Aku akan memanggilmu hyung, jika kau baik padaku Hyuk” teriak Donghae dari kejauhan yang ternyata mendengar omelan Hyukjae. “Cepat hyung, kita harus segera sampai sana, Bianglalanya sudah menunggu.” Lanjut Donghae sembari berhenti berlari menunggu Hyukjae. Setelah Hyukjae sampai di samping Donghae. Donghae kembali melanjutkan jalannya sambil kembali mengoceh lagi. “Setelah naik bianglala, nanti kita beli ice cream ya....rasa strawberry eh coklat juga boleh sih, vanila juga enak.....”
            Hyukjae tersenyum mendengar gumaman Donghae. Meskipun lirih tapi Hyukjae masih dapat mendengar itu. “Kau beli saja semuanya Hae. Yang menurutmu enak. Biar aku yang membayarnya”
            Donghae menghentikan langkahnya kemudian berbalik menghampiri Hyukjae. “Benarkah hyung? Wahhhh...gomawo hyung” ucap Donghae dengan mata yang berbinar-binar. Hyukjae kembali tersenyum melihat tingkah Donghae, “ Aishhh....anak ini” ujarnya sembari mengacak-acak rambut Donghae. Yang dibalas Donghae dengan cengiran khasnya.