Minggu, 21 Desember 2014

(fanfiction) Don't Go, Gege!


DON’T GO GEGE!

Main Cast : Zhang Yixing, Xi Luhan
Other cast : EXO-M
Author: Im Yeorin (ElizElfishy)
Leght: ONESHOOT
Genre : Sad, friendship, brothership
Summary : "Haruskah kau pergi Ge? Aku tak bisa bila tanpamu. Jangan pergi Gege!"

for: Zhang Yixing yg terlihat kesepian setelah ditinggal rommate nya. keep smile ge.

Yixing tak pernah membayangkan kejadian seperti ini akan terulang dua kali, belum lama dia merasa kehilangan sosok kakak, yakni sang leader yang pergi meninggalkan grup mereka. Kini dia harus merasakan kehilangan lagi, bukan hanya dia yang sedih, tapi semua teman-teman satu grupnya pun juga merasakan kesedihan itu.
#Kamar LayHan
            Yixing menatap Luhan tanpa berkedip, dia terus memandangi gegenya itu dengan tatapan datar. Luhan yang sibuk berkemas sesekali melirik ke arahnya, namun ia tak berniat untuk memulai pembicaraan terlebih dahulu. Yixing berhenti menatap Luhan, tatapannya kini beralih ke lantai kamar mereka, masih dengan tatapan datarnya. Sebenarnya ia ingin mengatakan sesuatu pada gegenya itu, tapi entah kenapa mulutnya sulit sekali untuk diajak kompromi. Luhan mendekat ke arah Yixing, mengajak adiknya itu untuk duduk di pinggir tempat tidurnya.
“Tak semua yang kita inginkan di dunia ini bakal terpenuhi Yixing. Adakalanya kita harus kecewa karena itu. Bukan keinginanku melakukan ini, tapi.... keadaaan la yang memaksa, lambat laun pasti kau akan mengerti”, ucap Luhan dengan kata-kata bijaknya.
Yixing tak merespon perkataan Luhan, tapi tatapannya masih menyiratkan kebingungan. Ia tetap pada posisinya semula, menunduk, “Kapan kau akan pergi?” ucapnya dingin.
Luhan kaget mendengar ucapan Yixing yang sangat dingin itu, ini adalah pertama kalinya Yixing berbicara sedingin itu padanya.
“Lusa. Ku mohon Yixing, jangan membenciku. Aku tak ingin adik yang ku sayangi menjadi seperti itu. Aku......”, belum sempat Luhan menyelesaikan perkataannya sudah dipotong oleh Yixing.
“Jika kau menyayangiku, kenapa kau ingin meninggalkanku Ge. Apakah kau tak pernah berfikir perasaan kami, dan para Exo-L diluar sana, jika mereka tau akan kehilangan satu idolanya lagi, bukankah mereka akan sedih. Sudah cukup Kris Ge yang pergi, aku tak ingin kau juga pergi Ge” ucap Yixing ketus menatap Luhan dengan tatapan tajam, kemudian ia menunduk.
Luhan tau kesedihan yang dirasakan Yixing saat ini, dia juga pernah merasakannya saat Kris memutuskan untuk hengkang dari grup mereka. Luhan segera merengkuh tubuh adiknya itu supaya memeluknya. Dan tepat, saat Yixing berada di dekapan Luhan, tangisnya yang sedari tadi ditahannya pecah sudah.
“Aku ingin kita kembali seperti dulu lagi Ge. Aku ingin Kris Ge kembali, dan aku tak ingin kau pergi”, ucap Yixing disela tangisnya.
Luhan hanya menepuk-nepuk punggung Yixing untuk meredakan tangisnya.
 Tanpa mereka sadari member EXO M lainnya tengah mencuri dengar pembicaraan mereka. Mereka juga merasakan kesedihan itu. Kehilangan satu member lagi.
***
            Tao menatap Xiumin dan Chen dengan tatapan menahan tangis, namun ia masih bisa menahannya. Sebagai yang tertua, Xiumin segera mengajak Tao dan Chen menjauh dari Pintu kamar Luhan dan Yixing, sebelum tangis sang maknae mereka mengusik segalanya.
Kini mereka berada di ruang tengah, jauh dari kamar Luhan dan Yixing yang berada di lantai dua dorm mereka. “Gege, apa yang harus kita lakukan? Aku tak mau Lu Ge pergi seperti Kris gege.”, tanya Tao pada dua hyungnya.
“Aku juga tak ingin kehilangan satu member lagi Tao”, ucap Chen dengan mimik sedihnya.
“Aku pun tak tau apa yang harus ku lakukan, sebagai yang tertua, aku tak bisa melindungi kalian semua”, kini gantian Xiumin yang berbicara sambil menatap lantai ruangan yang mereka pijak.
            Mereka larut dalam pikiran masing-masing, entah apa yang mereka fikirkan, yang tau hanyalah diri mereka masing-masing. Tao mulai berhenti menangis. Chen, entahlah anak itu masih diam saja, sampai terdengar helaan nafas Xiumin yang berkata “Aku pikir lebih baik kita menunggu Luhan yang menjelaskannya sendiri. Kalian istirahatlah, ini sudah malam.”
***
#Ruang makan
            Mereka berlima tengah mengitari meja makan, di depan mereka telah tersedia makanan untuk sarapan pagi ini. Namun tak ada yang memulai pembicaraan atau bahkan menyentuh makanan itu sedikitpun. Luhan tau mereka mungkin telah mendengar pembicaraannya kemarin malam dengan Yixing, mau tak mau, dia memang harus segera memberi tau hal itu kepada teman-teman satu grupnya  kan.
“Aku tau, kalian telah mendengar pembicaraanku dengan Yixing kan?” tanya Luhan to the point.
Yixing hanya diam saja mendengar pertanyaan Luhan, sedangkan bagi Xiumin, Chen dan Tao mereka tak menyangka jika Luhan mengetahui bahwa mereka tak sengaja mendengar pembicaraan namja itu.
Xiumin mencoba bersikap tenang, tanpa berniat membalas pertanyaan Luhan, ia pun berkata, “Kalian makanlah, aku tak ingin kalian sakit hanya karena kurang makan”.
“Aku tak lapar hyung”, Yixing menimpali.
“Kau harus tetap makan Ge, jika kau tak makan, maka aku akan merebut gelar danching machine itu hyung”, ucap Chen semangat.
“Yak....kau serakah sekali hyung, kau kan sudah mendapat gelar main vokal, masih saja ingin merebut posisi Yixing Ge” ucap Tao tak mau kalah.
“Dasar panda! Urus saja wushu mu itu, Xing-xing hyung saja tak mempermasalahkan itu, kenapa kau yang sewot.” Chen tetap tak mau kalah.
Xiumin mendengus mendengar pertengkaran adik-adiknya itu, “yak...kalian bisa diam tidak!” bentak Xiumin.
“TIDAK!!!” teriak Tao dan Chen bersamaan.
“Memangnya kau bisa mengalahkanku Chen-chen?” Yixing menyunggingkan senyumnya, kemudian menatap Tao dan Chen tajam, “Tetaplah di posisi kalian, jika kalian tak ingin mendapat jatah makan di dorm ini, silahkan saja merebut gelarku”.
            Chen dan Tao saling bertatapan bergidik ngeri, “Kau sadis sekali hyung”ucap Chen, kemudian ditimpali Tao “Tega sekali”.
Luhan yang sedari tadi diam setelah pertanyaannya tidak ada yang menjawab, mulai mengangkat kedua sudut bibirnya melihat perdebatan Hyung dan dongsaeng-dongsaengnya yang menurutnya lucu itu. Kemudian ia menatap Yixing yang tertawa lebar setelah berhasil mengerjai Tao dan Chen itu.
“Aku tau maksud kalian, aku bahagia pernah mengenal kalian.” Batin Luhan, tersenyum manis sekali.
            Malam ini bejalan seperti hari-hari biasanya, diwarnai senyum, tawa, maupun candaan. Bukannya berlagak sok kuat atas masalah yang menimpa mereka, hanya saja mereka berusaha mempersiapkan diri sebelum perpisahn itu terjadi.
“Ge, malam ini kita tidur bersama ya? Mumpung tak ada sceduler beberapa hari ini”, Yixing mengeluarkan pendapat sambil menatap Hyung dan dongsaengnya.
“Ide bagus hyung, aku setuju”
“Aku juga setuju Ge”
“Aku juga, bagaimana denganmu Luhan?”
“Kerena semuanya setuju, jadi aku tak bisa menolaknya kan, lagian itu ide yang bagus”
            Malam itu mereka lewati dengan kebersamaan, melakukan semua pekerjaan dengan bersama-sama, seperti tak akan ada lagi moment seperti ini lagi.
***
            Hari itu pun tiba, hari dimana Luhan harus meninggalkan dorm EXO-M, perpisahan yang kedua kalinya, setelah kris memutuskan untuk hengkang terlebih dahulu. Mereka berkumpul di ruang tengah, dengan Luhan yang telah membawa tas di punggungnya dan koper di sebelahnya.
“Haruskah kau pergi Ge. Aku tak bisa bila tanpamu. Jangan pergi Gege!” Yixing menatap Luhan sendu. Kemudian ia menubruk Luhan, memeluknya seakan tak ingin melepaskannya. Xiumin, Tao dan Chen memberikan waktu berdua untuk Luhan dan Yixing sambil menatap mereka haru.
“Aku selalu berdiri di dekatmu Ge, karena kau selalu menenangkan dan memelukku saat aku ingin menangis karena senang, kau juga selalu membantuku jika penyakit itu datang menghampiriku, Kau juga selalu mengingatkanku jika aku lupa sesuatu hal dan........hiks....”, Yixing tak mampu melanjutkan perkataannya kembali karena tangisannya yang sudah terseduh-seduh.
“Uljima Yixing jangan menangis, Jika kau ingin menangis, masih ada Xiumin Hyung yang bersedia memelukmu dan menenangkanmu” Xiumin mengangguk mendengar perkataan Luhan.
“Jika penyakit itu kambuh, masih ada Chen yang membantumu, meskipun aku selalu berharap penyakit itu tak menghampirimu lagi” kini giliran Chen yang mengangguk mengiyakan.
“Jika kau lupa sesuatu hal, Tao masih bersedia mengingatkanmu.” Tao pun mengangguk.
Yixing masih menangis tersedu-sedu, “Tapi Ge........”
“hushhhh......dongsaeng gege kenapa jadi cengeng gini sih.”
“Yakkkkk, aku kan memang cengeng Ge”
Luhan memeluk Yixing semakin erat sambil menepuk-nepuk punggung dongsaengnya itu. Luhan mengisyaratkan agar member yang lain mendekat, mereka semua kini berpelukan, menangis bersama-sama. Setelah tangisan itu mulai mereda, mereka semua melepaskan pelukannya.
“Jika ini memang yang terbaik untukmu, aku akan berusaha sabar Lu”
“Terima kasih Hyung, karena sudah mau mengajariku bahasa mandarin saat aku terpilih menjadi member EXO-M”
“Lulu Ge, jangan pernah lupakan kami....”
“Meskipun keputusanmu itu sulit kami terima, aku akan selalu mendukung dan menyayangimu Ge. Aku berharap kita bisa berdiri di satu panggung yang sama lagi”.
Luhan mendengarkan pesan dari hyung dan dongsaengnya itu sambil mengangguk-angguk.
“Aku tak akan melupakan kalian, titip salam ne pada members yang lain di korea. Ucapkan permintaan maafku pada mereka. Dan terima kasih atas pengertian kalian. Aku menyayangi kalian semua”, setelah berkata itu, Luhan melangkah keluar ruangan itu menuju pintu keluar sambil menghapus sisa air mata yang masih menetes di pipinya.


END

(Fanfiction) You Are My Everything - Chapter 1


YOU ARE MY EVERYTHING


Author: Im Yeorin (ElizElfishy)
Main Cast :  - Lee Donghae, Lee Hyukjae, Sandara Park
Other Cast           :  Im Yoorin (OC), Lee Sungmin, Choi Siwon, Park Jungsoo, Cho Kyuhyun, Kim Kibum
Genre      : Brothership, Family, Angst, Romantic, Friendship

Chapter 01
            Suasana tampak lenggang di sebuah rumah sakit. Hanya ada beberapa dokter, perawat, dan keluarga pasien yang berlalu lalang. Namun.....lain dengan pasien yang satu ini, jika kebanyakan pasien lebih memilih beristirahat di ranjang rawatnya. Namun pemuda ini malah berjalan mengendap-ngendap menuju sebuah ruangan yang bername tag dr. Choi Siwon.
            “Would you be my girl friend?”
Terdengar samar-samar suara namja di dalam ruangan itu. Pemuda yang mengendap-ngendap tadi semakin menempelkan telinganya di pintu, agar dapat mendengar lebih jelas percakapan yang ada di dalam.
            “Ne..,” Kini ganti suara yeoja yang berbicara. Pemuda yang menguping tadi speechles.
            “mwo? Dara noona menerimanya. Tidak akan ku restui.” Ucap pemuda itu dengan semangat 45.
            “yakk bocah!!! Apa yang kau lakukan di situ? Menguping eo?” tanya dokter muda yang bernama Choi Siwon. Pemuda tadi baru menyadari, bahwa dia telah ketahuan. Tanpa mengubris pertanyaan siwon, pemuda tersebut balik bertanya “Noona...kenapa kau terima ahjussi itu”, ucapnya dengan polos.
“Mwo? Ahjussi katamu. Umurku saja masih 25 tahun. Yakk Park Donghae awas kau!”, dokter muda itu, Siwon, mengejar pemuda pasien itu, Donghae.
“Bagiku kau tetap ahjussi-ahjussi”, teriak Donghae sambil berlari. Sandara hanya geleng-geleng melihat tingkah kedua namja yang dia sayang itu. Donghae berlari tanpa melihat ke depan, tak sengaja menabrak seseorang. Mereka berdua sama-sama terjatuh.
“Appo.....”, ringis seseorang yang ditabrak Donghae. Suara namja. Sontak Donghae berdiri dan mencoba membantu namja itu berdiri. Setelah namja itu telah berdiri dengan sempurna. Donghae menunduk dalam-dalam. “Mianhae, Jeongmal mianhae. Aku tidak sengaja. Pasti kakimu sakit sekali ya”, ucap Donghae sembari melirik kaki namja itu yang dibalut perban.
“Nan gwaenchana. Aku tadi juga sibuk mencoba berjalan, sehingga tanpa melihat depan. Lee Sungmin imnida. Panggil saja Sungmin”,ternyata semua tak seburuk yang Donghae kira. Namja di depannya ini sangat ramah. Donghae pun mendongakkan wajahnya dan tersenyum.
“Gomawo.” Ucap Donghae.
“Yakkk bocah, sini kau. Donghae pabo”. Teriak dokter muda yang tadi mengejar Donghae. Siwon berlari ke belakang punggung Sungmin. “Mengapa harus? Pokoknya aku tak akan merestui ahjussi sepertimu berpacaran dengan noonaku” ledek Donghae. Siwon semakin geram, namun ekpresinya berubah setelah Donghae meringis seperti menahan sakit
“Appo.......” Siwon mendekati Donghae yang tengah membungkuk menahan sakit. Sungmin pun juga berbalik, untuk melihat ke belakang “Kau tidak apa-apa Donghae?” tanyanya. Tak ada sahutan. Yang ditanya masih sibuk menahan sakit di perutnya. Siwon segera menggendong Donghae menuju ruang rawat dengan sedikit berlari meninggalkan Sungmin yang tengah berdiri mematung. Sebenarnya ia ingin mengejar mereka, namun ia sadar kakinya tak memungkinkan untuk itu.
“Maaf..apa kau tadi melihat dua orang namja berlari-lari di sini. Satu pasien dan yang satunya lagi uisa.” Tanya seorang yeoja. Mengagetkan lamunan Sungmin. Sungmin hanya mengangguk. “Tadi mereka memang kesini, tapi...”, ucapan Sungmin berhenti.
“tapi apa?”
“Dia, ehm maksudku Donghae tiba-tiba merintih sakit’’
“Mwo???”
“Ne”
“Terima kasih infonya. Apakah kau perlu bantuan? Kurasa kakimu tak memungkinkan untuk berjalan.”
“Kurasa juga begitu. Kakiku masih sakit.”
Akhirnya Jessica memapah Sungmin untuk kembali ke ruang rawatnya. Dengan bantuan Sungmin sebagai penunjuk jalan.
                                                                        ***
            “Oh ya dari tadi kita belum berkenalan kan?” tanya Sandara sopan.
“Oh ne. Mianhae. Naneun Sungmin imnida”, Sungmin mulai mengenalkan dirinya.
“Namaku Park Sandara. Tak usah terlalu formal begitu, ku rasa kau seumuran dengan adikku , jadi kau boleh memanggilku Dara Noona”.
“Ruanganku berada di kamar no.234” ucap Sungmin sambil tersenyum. “Kamsahamnida atas bantuannya noona.” Lanjutnya
“Mwo...jadi ini ruang rawatmu. Di sebelah itu adalah ruang rawat dongsaengku.”
“Adikmu noona?” tanya Sungmin penasaran.
“Ne” ucap Sandara sambil mengangguk-anggukkan kepala.
“Apakah itu adik yang kau bilang seumuran denganku itu noona?
“Bukan. Yang berada di ruang itu adalah adik bungsuku. Bukannya kau tadi bertemu dengannya?”
Sungmin mulai memutar otaknya untuk mengetahui maksud dari perkataan Sandara barusan, “Maksudmu Donghae?” tebak Sungmin ragu-ragu.
            “Yap....betul sekali”
Mereka pun berjalan ke kamar rawat no 235. Ruang rawat dongsaeng Sandara. Baru saja membuka pintu, Sandara langsung menghambur ke dalam.
            “Oppa, bagaimana keadaan Donghae?”
            “Dia hanya kelelahan, ditambah kondisinya yang masih belum stabil. Membuatnya drop lagi.”
            “Omo...Donghae....” Sandara mengusap puncak kepala Donghae lembut, memandang Donghae yang tengah tertidur.
Sungmin berjalan mendekati ranjang Donghae dengan tertatih, setelah dia berdiri beberapa waktu di depan pintu “Jadi bocah  itu benar-benar dongsaengmu noona?”, Jessica mengangguk.
            “Bukannya kau tadi yang bertabrakan dengan Donghae?’’ tanya Siwon setelah bertatap muka dengan Sungmin.
            “Ne uisa.”
            “Kau......pasien yang mengalami kecelakaan beberapa hari lalu bukan?” Sungmin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil mengangguk. “Bagaimana keadaan kakimu, sudah lebih baik kah?”. Sungmin tersenyum menanggapinya dan berkata “Lumayan baik uisa, hanya perlu terapi beberapa hari, sampai aku bisa bejalan dengan baik lagi.” Kini gantian Sandara yang hanya mengangguk-angguk.
                                                                        ***                                                     
            Setelah kejadian itu, Donghae menjadi dekat dengan Sungmin setelah mendengar cerita dari Sandara. Hari ini Donghae bosan di ruang rawatnya sendiri, jadi ia memutuskan untuk berkunjung ke ruang rawat Sungmin.
            “Omo Hae!!! Mengapa kau kesini?”
            “Jadi aku tidak boleh kesini Hyung. Aku bosan tidur mulu.”
            “Bukannya begitu Hae, lebih baik aku saja yang ke ruanganmu. Nanti kalau Siwon hyung dan Sandara noona tahu, pasti mereka akan memarahimu.”
            “Tenang saja hyungie, Dara noona sedang mengurus sekolahku. Dan ahjussi itu, ada pasien lain yang harus diurusnya.”
            “Siwon hyung maksudmu?”
Donghae hanya mengangguk. Sungmin paham akan itu dan menyuruh Donghae untuk beristirahat di ranjangnya, sedangkan ia harus terapi kakinya.
            “Kau disini saja Hae, jangan kemana-mana. Nanti setelah selesai terapi, Hyung akan kembali”
            “Ne hyung.”
Setelah Sungmin sudah tak terlihat lagi, Donghae langsung meloncat ke ranjang rawat Sungmin. Karena bosan, iapun menonton tv, dan kebetulan ada finding nemo film kesukaanya yang membuat  ia sampai ketiduran.
            Di luar ruang rawat Sungmin, nampak seorang yeoja yang ragu-ragu akan masuk atau tidak. Akhirnya yeoja itupun memutuskan untuk masuk. Dan betapa kagetnya yeoja itu, ketika masuk ke dalam melihat seorang cowok yang membelakanginya sedang menonton televisi, tapi bukan itu yang membuatnya heran. “Apa Sungmin oppa berubah hanya dalam beberapa hari. Kurasa dulu ia tak menyukai  acara seperti itu!!!” heran gadis tersebut.
            “Sungmin oppa.” Sapa gadis itu seraya mendekati ranjang Sungmin. Donghae yang  mendengar ada suara gadis segera bangun.
            “Huwahhhhh.......”teriak Donghae dan gadis itu bersamaan.
            “kau!!! Apa yang kau lakukan di ruang rawat Sungmin Oppa?”
            “Hyung sedang tidak ada, aku di sini menunggunya.”
            “Lalu kau siapa?”
            “Aku temannya.”
            “Itu namanya tak sopan, saat pemilik ruangan ini tak ada, kau seenaknya masuk ke sini. Bagaimana jika ada barang yang hilang? Apakah kau mau bertanggung jawab? Bukankah kau juga seorang pasien?  Seharusnya kau beristirahat di ruang rawatmu sendiri!!” Donghae hanya bisa terdiam mendengar ucapan gadis itu, yang lebih tepatnya marah-marah. Dia menghela napas kemudian berkata, “Mengapa kau memarahiku? Sungmin hyung saja tidak marah. Kau seharusnya tak berkata seperti itu. Aku tak akan mencuri apapun di sini. Ya memang, aku seorang pasien. Ucapanmu itu sama saja menuduhku sebagai orang yang tak baik. Tak taukah kau, bahwa perkataanmu itu sungguh menyakitkan siapa saja yang mendengarnya.”
            “Mwo? Kau berani membalas perkataanku? Apa kau kesini karna kau kesepian?” melihat reaksi Donghae yang hanya diam, gadis itu melanjutkan perkataannya, “Jadi benar ya dengan apa yang kukatakan barusan. Dan oh....kau juga yang menonton film ikan bodoh itu”. Tak sadarkah gadis itu bahwa sedari tadi Donghae menahan air matanya agar tak turun. Donghae beranjak pergi dari ruangan itu. Sampai di depan ia berpapasan dengan Sungmin, namun ia tetap berjalan, atau lebih tepatnya berlari. Sungmin memasuki kamar rawatnya.
            “Apa yang kau katakan pada Donghae?”, tanya Sungmin pada gadis itu.
            “Donghae? Maksudmu namja yang tak punya sopan santun itu??” tanya gadis itu sinis.
            “Astaga Yoorin, tak bisakah mulut pedasmu itu berhenti untuk saat ini.”
            “Oppa.........”
Sungmin telah pergi untuk menyusul Donghae. Ia tau mungkin namja itu telah kembali ke ruang rawatnya. Benar dugaannya. Donghae memang kembali ke ruang rawatnya. Namun baru beberapa langkah ia akan membuka pintu, Sungmin berhenti.
            “Noona ..... Apakah kau juga akan menjauhiku dan meninggalkanku seperti Hyung, Appa, dan Eomma. Apakah aku tak pantas disayangi? Apakah takdirku hanya untuk dibenci dan dijauhi? Kalau itu benar, lebih baik aku pergi saja dari dunia ini.”
Sungmin membuka pintu rawat itu dengan perlahan-lahan, terlihat Donghae yang menangis di pelukan Sandara sambil bercerita. “Donghae, kau tak boleh bicara seperti itu, Noona tak akan meninggalkanmu, noona janji.” Ucap Sandara mencoba menenangkan Donghae.
Sungmin mulai membuka ruang rawat Donghae dengan perlahan, namun mampu menyadarkan Donghae dan Sandara bahwa ada seseorang yang memasuki ruangan itu.
            “Donghae, hyung minta maaf atas perkataan teman hyung tadi. Dia tak bermaksud begitu.” Sungmin mendekat ke arah Donghae yang mulai berhenti menangis dan menatapnya. Kemudian mereka saling berpelukan.
                                                                        ***
            Yoorin tengah mencari Sungmin yang tak ia temukan di ruang rawat. Hingga dari kejauhan Yoona melihat dua namja yang tengah asyik bercanda. Begitu jelas terlihat dari senyuman yang menghiasi wajah mereka.
            “Hyung, dua hari lagi aku akan pulang, pasti hyung akan merindukanku. Jika itu terjadi temuilah aku. Oke hyung!”
            “Tentu Hae. Besok hyung juga akan pulang. Jika ada apa-apa hubungi hyung ne?”
            “Buat apa? Tentu Hae akan menghubungi noona.”
            “Kau ingin melupakanku???.”
            “Hahahah...tentu tidak”, mereka tertawa bersamaan. Yoorin yang melihat itu tertawa mencibir. “Huuh...kekanakan sekali mereka”.
                                                                        ***
            Donghae memasuki rumahnya yang megah itu. Namun terlihat tak ada kehidupan. Sepi. Sandara menuntun Donghae untuk sampai ke lantai atas, kamarnya. Sedangkan para pembantu membawakan barang-barang Donghae dari rumah sakit. Tak ada percakapan diantara mereka.
            “Noona......”, seru Donghae tiba-tiba.
            “Hnn......”, dehem Sandara tanpa menoleh ke Donghae.
            “Apakah dia tak ingin menyambutku?” Sandara mengetahui kemana arah pembicaraan Donghae.
            “Mungkin dia.......”
            “Mungkin dia sibuk dengan urusan kuliahnya kan Noona”, Donghae menatap Sandara dengan tatapan teduhnya. “Aku sudah terbiasa dengan itu Noona. Bahkan appa dan eomma yang tak peduli denganku pun aku sudah terbiasa”, di pelupuk mata Donghae sudah menggenang air mata. Donghae berjalan sendiri menuju kamarnya, setelah melepas pegangan tangan Sandara di lengannya. Setelah Donghae masuk ke kamarnya dan menutup pintu kamarnya, baru Sandara bergumam, “Meskipun mereka tidak mempedulikanmu. Di sini masih ada noona yang selalu menyayangimu dan menjagamu, Noona janji.” Tak terasa, Jessica telah menitikkan air matanya. Yah! Dia menangis untuk adiknya.
                                                                        ***
 Ada dua orang yang sibuk dengan pekerjaaan masing-masing. Yah mereka adalah Donghae dan Sandara. Sandara sibuk menyiapkan sarapan pagi, sedangkan Donghae, namja itu malah menelungkupkan kepalanya di meja makan, mungkin masih mengantuk. “Noona, Hae berangkat sendiri saja ya???” ucap Donghae dengan menunjukkan puppy eyesnya. “Andwae....”, tolak  Sandara mentah-mentah. “Noona...!” teriak Donghae. “Apa Hae? Sekali Noona bilang tidak, tetap tidak Donghae”, Sandara duduk di depan kursi yang di tempati Donghae, sambil menatap namja itu. Mencoba memberi pengertian, “Ini yang terbaik , untukmu” ucapnya.
            “Tapi noona.........” sebelum Donghae melanjutkan perkataannya, Sandara sudah memotongnya. “Tidak ada penolakan Hae.”
            “Aishhhh, kau sungguh menyebalkan”, gerutu Donghae. Sandara hanya tersenyum mendengar perkataan dongsaengnya tersebut. “Sudahlah cepat makan ini”, ucapnya kemudian.
                                                                        ***
            Sepanjang perjalanan menuju sekolah, Donghae hanya diam saja. Dari raut wajahnya kelihatan jika namja itu masih marah tentang perdebatan tadi. Sedangkan Sandara fokus menyetir, sebenarnya gadis itu tahu ekpresi wajah Donghae yang kurang bersahabat. Namun ia sudah kebal dengan sikap kekanakan Donghae yang sulit dikendalikan itu.  
            “Sudahlah Hae, jangan kekanakan seperti itu,” ucap Sandara tanpa menoleh ke arah Donghae karena fokus menyetir. Tak ada jawaban dari namja itu, Sandara menghentikan laju mobilnya. Menatap dongsaengnya sambil menangkupkan kedua tangannya di pipi namja itu agar menatap matanya. Donghae mulai menatap noonanya tanpa berkata apa-apa, namun tatapannya mulai meluluh melihat wajah Sandara yang kelihatan sedih. Dia tak mau melihat noona yang ia sayangi bersedih. Sudah cukup selama ini air mata yang dikeluarkan noonanya hanya untuk dirinya. “Noona, aku hanya tak ingin kau terlalu overprotective padaku, umurku hampir 17 tahun, aku bisa menjaga diri selama noona tak berada di sampingku, karena aku tahu Kau juga butuh waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas di tahun terakhirmu di universitas kan? kau juga harus memperhatikan dirimu sendiri noona, setidaknya luangkan waktu sedikit untuk bisa berkumpul dengan teman-temanmu”, Donghae hanya menunduk tak berani menatap kedua manik mata noonanya.
            Sandara menitikkan air matanya, sedih sekaligus senang. Sedih karena adik kecilnya yang tak ingin merepotkannya, yang menurut Jessica itu wajar saja. Dan senang karena dongsaeng kecilnya telah berubah menjadi namja yang berpikiran dewasa, “Oke-oke, noona akan mengurangi SE-DI-KIT perhatian berlebih noona”, ucap Jessica sambil menekankan kata sedikit di kalimatnya.
            “NOONA..???”, teriak Donghae merajuk, “sedikit katamu? Berarti itu sangat kecil sekali!!!”
Sandara tersenyum menanggapi sikap adiknya yang mulai kembali seperti awal. “Baiklah, noona akan melepaskanmu untuk berangkat sendiri jika aku telah menemukan orang yang benar-benar bisa menjagamu di sekolah dari anak nakal itu. Dan untuk sementara kau akan diantar Go ahjussi”.
            “Mwo?? Anak nakal? Kyuhyun maksudmu? Dia itu temanku noona, meskipun tidak akrab. Kan masih ada Kibum hyung yang menjagaku, Go Ahjussi ya? Itu lebih baik daripada noona yang mengantar.” senang Donghae tersenyum sambil menunjukkan deretan giginya.
            “Yak bocah ini! , Kau bosan ya bila noona yang trus mengantarmu? Kibum? Sunbaae itu ya? Boleh juga, aku akan berbicara padanya nanti. Satu lagi, jangan mencari gara-gara dengan si Evil itu? Ingat itu” ucap Jessica mengingatkan.
Donghae menunjukkan senyum terbaiknya,”arasseo-arasseo noonaku yang yang cantik.”
“Aishhhh....dasar kau!  kalau ada maunya. “
Sandara mulai melajukan mobilnya kembali, karena waktu telah menunjukkan hampir pukul 8, itu tandanya sebentar lagi bel sekolah Donghae akan berbunyi. Ia tak mau adik tersayangnya terlambat di hari pertama masuk sekolah”.
                                                                        ***
            Donghae melangkahkan kakinya dengan riang, ini adalah hari pertamnya masuk sekolah setelah hampir 1 bulan ia tak masuk karena izin. Saat ia mulai memasuki ruang kelasnya, ia telah disambut oleh orang yang paling dihindarinya untuk saat ini.
            “Selamat datang kembali anak manja, semoga harimu menyenangkan....”, ucap seorang namja dengan senyum evilnya.


....~TO BE CONTINUED_TBC~....